Saturday, May 5, 2007

KONSULTASI

Menangkap Tanda-Tanda Zaman

Di tengah serba-ketidakpastian seperti sekarang—situasi ekonomi yang tidak menentu, aksi kekerasan dan unjuk rasa kian marak di mana-mana, belum lagi bencana (alam maupun man made) seakan sudah menjadi bagian hidup sehari-hari kita, Bangsa Indonesia—semakin banyak lapisan masyarakat menjadi gamang menatap “hari esok” Indonesia. Gambaran Indonesia melesat lepas landas sebagai negara industrialis maju di kawasan Asia-Pasifik, yang didengung-dengungkan semasa Orde Baru, kian pudar dan jauh dari angan-angan. Kita bahkan masih terseok-seok, berusaha bangkit. Lepas dari kubangan krisis multidimensi yang entah kapan berakhir. Namun, di tengah masyarakat yang pesimistis, tetap saja ada yang melihat “fenomena Indonesia” ini dari kearifan lama sebagai peringatan bagi kita semua. Serangkaian tanda-tanda zaman telah nampak, mengawali datangnya masa keemasan Indonesia sebagai “tamansari dunia”. Nah, tinggal bagaimana kita memaknai serta menyikapinya. Dapatkah kita menangkap sepercik cahaya di tengah kelamnya perjalanan Bangsa Indonesia saat ini? (Bunda Lia Hermin Putri)

Tanya: Bunda Lia yang budiwan, sebagai pembaca awam TAMANSARI yang selalu mengikuti berita liputan kegiatan Sanggar yang Bunda pimpin, saya ingin menanyakan gejala yang marak di sekitar kita. Belakangan ini, banyak orang berburu ilmu kesaktian dengan segala cara, untuk berbagai tujuan. Bagaimana pandangan Bunda sebagai Supranaturalis melihat fenomena ini? Dan, siapa sih orang yang disebut sakti itu? Mohon penjelasan Bunda. Terima kasih. (alfaqir_dina, Duyung 80, Malang – Jatim)

Jawab: Terima kasih juga, Anda telah mengapresiasi kegiatan kami melalui liputan tabloid TAMANSARI. Mengenai maraknya orang berburu (ilmu) kesaktian seperti Anda sebut, sebetulnya bukan sekarang saja terjadi. Di awal perjalanan Bangsa Indonesia, ketika menghadapi penjajah yang hendak merampas kembali kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan, para pejuang kita pun berburu kesaktian. Demikian pula, menjelang dan menyusul peristiwa berdarah di tahun 1965, banyak warga masyarakat melakukan hal sama—mendatangi kyai/ulama atau guru ilmu kebatinan, yang konon dapat memberi kesaktian. Demikian dikisahkan orang-orang tua kita. Bedanya, dulu jelas siapa musuh atau, setidaknya, dianggap musuh. Tapi sekarang? Kaum “kriminal” jalanan itukah musuh kita? Bukan! Menurut hemat saya, mereka saudara kita juga. Yang terpinggirkan, yang teraniaya. Yang tertindas oleh sistem sosial-ekonomi tidak adil dan korup, tidak memihak kaum yang terlemahkan. Memang, kriminal sejati tetap ada. Namun skalanya tidak seperti kita bayangkan. Jadi, musuh kita adalah ketidakadilan, pemaksaan kehendak dan perilaku korup. Dan tentu saja, bukan kita hadapi dengan ilmu kebal atau kesaktian, melainkan melalui kepedulian dan keberpihakan kita semua. Mengenai pertanyaan, siapa yang disebut orang sakti, jawaban saya singkat saja. Orang sakti adalah orang yang telah berhasil mengalahkan musuh besarnya, yakni hawa nafsunya sendiri. Anda sependapat?


Tanya: Bunda Lia yang kami hormati, melalui Rubrik Konsultasi tabloid TAMANSARI yang Bunda asuh, saya ingin menanyakan penyakit/keluhan kakak perempuan saya. Namanya Lakshmi Cahyana Dewi, umur 36 tahun, hari/pasaran wetonnya Selasa Kliwon. Status janda, dengan 4 anak.
Lima tahun belakangan ini mengeluh sering mengalami kejang perut, sukar buang air besar. Kalau sedang kambuh, kadang disertai sesak napas dan jantung berdebar, sehingga kami khawatirkan keselamatannya. Secara medis, sudah kami periksakan kondisi kesehatannya ke dokter spesialis penyakit dalam/internis dan menjalani pemeriksaan laboratorium klinis. Kata dokter, sebenarnya dia tidak mengidap penyakit serius. Hanya menderita semacam psikosomatis, tapi kalau dibiarkan dan tidak mendapat penanganan semestinya, tidak tertutup kemungkinan akan mengakibatkan penyakit serius. Kami sekeluarga ada keinginan membawanya ke pengobatan alternatif, kebetulan saya membaca advertorial tentang program Bakti Sosial Songgo Buwono yang Bunda pimpin. Melalui konsultasi ini kami berharap Bunda Lia memberikan solusi/terapi alternatif untuk meringankan penderitaan kakak tersebut. Syukur-syukur bisa sembuh secara permanen. Atas perhatian dan kepedulian Bunda, kami sekeluarga menyampaikan terima kasih tak terhingga. (Maya Indranila, Semarang - Jateng)

Jawab: Terima kasih atas kepercayaan Anda sekeluarga. Sebelumnya perlu saya sampaikan, kesembuhan suatu penyakit semata-mata berasal dari kemurahan dan izin-Nya, serta keyakinan penderita sendiri. Dalam hal pengobatan, kami (Sanggar Songgo Buwono) sekadar lantaran untuk melakukan ikhtiar, tidak lebih. Karena itu, marilah kita awali bersama-sama dengan memohon kepada-Nya. Mengenai keluhan/penyakit kakak Anda, sudah benar langkah Anda sekeluarga membawanya ke ahli medis yang berkompeten. Dari teledeteksi yang saya lakukan, kakak Anda memendam beban psikologis yang tidak selaras dengan kemampuan fisiknya. Akar masalahnya bisa berasal dari pengalaman masa lalu, katakanlah semacam obsesi yang sedemikian mengristal sehingga membuatnya terpacu untuk mewujudkan. Dia selalu berpikir untuk melakukan sesuatu secara “kolosal”. Tak peduli berapa pun harga yang harus dia bayar, asal obsesinya terpenuhi. Biasanya, pribadi seperti kakak Anda memiliki temperamen keras. Sekaligus tidak mudah menyerah. Suatu potensi luarbiasa dan sikap positif dalam pencapaian prestasi, namun perlu pengelolaan yang tepat. Kalau tidak, dampaknya antara lain seperti Anda ceritakan dalam surat. Dalam pandangannya, dunia ini penuh persaingan. Dan dia terpacu untuk memenangi setiap persaingan. Dia butuh pengakuan dari lingkungan (teman pergaulan, keluarga, masyarakat) terhadap prestasi keberhasilannya. Untuk saat ini, yang perlu Anda/keluarga lakukan adalah bersikap lembut dan menerima dia apa adanya. Tapi ingat, dia tabu dikasihani atau dicela. Kalau mau, ada semacam terapi praktis—yang mengadopsi latihan para yogi Hindu atau sufi Islam dalam menyelaraskan pusat-pusat energi tubuh (chakra atau latha’if) untuk meraih tingkat keselarasan/kesadaran tertentu. Manakala fase keselarasan ini tercapai, di samping keluhan-keluhan lenyap, potensi untuk mewujudkan obsesi apa pun akan terbangkitkan secara luarbiasa. Adapun tradisionalnya setiap bangun tidur pagi sebelum makan/minum - parutkan kunyit ½ ons lalu saring, ambil airnya dan diminum. Selama 1 jam jangan sarapan/minum apapun, setelah satu jam boleh minum/sarapan pagi. Lakukan selama 21 hari terus-menerus tanpa putus. Semoga kakak Anda sembuh dan penyakit yang diderita dapat teratasi dengan izin Allah SWT. Amin.

1 comment:

iman said...

saya kukuh,seorang mahasiswa swasta di Jogja. saya tertarik untuk belajar (ngangsuh kawruh) tentang sanggar songgoh buwana, tapi saya belum mendapat alamatnya. jika boleh,tolong diberitahukan alamat sanggar songgo buwono.kontak saya 081333234269.kalau saya boleh main kesana, ketemu sama siapa?maturnuwun