Monday, May 7, 2007

SAMBUTAN

Sambutan “SILATURRAHMI KEBANGSAAN”
Cilacap, 22 April 2007
Bunda Lia Hermin Putri
HP. : 0815 78802 666


Assalamu alaikum wR wB.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Suatu kehormatan bagi saya dapat menghadiri undangan ini. Sungguh sangat menarik tema yang dipilih oleh panitia yakni “Nasionalisme yang Religius”. Memang, di saat sekarang ini kita sudah kehilangan rasa kebangsaan kita, di mana di setiap sendi-sendi bangsa sudah terasuki ‘barang asing’ yang mengganggu jiwa dan sikap nasionalisme anak bangsa. Disinilah peran kita sebagai anak bangsa yang harus mempertahankan jati dirinya. Jati diri yang dibingkai oleh Nilai-nilai Pancasila dan UUD 45. Bahwa Pancasila itu sistem Filsafat, nampak dapatnya Pancasila diperas menjadi TRI-SILA ( yakni, Sosio Nasionalisme, Sosio Demokrasi, Sosio Ketuhanan YME) serta TRI-SILA itu disaripatikan menjadi Eka Sila yakni Gotong Royong.
Saudara-saudaraku sekalian,…… jika kita lihat dari sudut pandang supranatural,
Gotong Royong yang paling tinggi adalah Kegotong Royongan Organik yakni Manusia, maka disinilah....... kita sudah kehilangan nurani kebangsaan kita. Sosio cultural yang kian dipengaruhi oleh paham asing semakin menjauhkan kita pada diri kita sendiri. Hal ini jelas sangat berbahaya dan dapat melemahkan bangsa ini. Karenanya, mari kita bersama-sama bangkit dan kembali kepada jati diri kita. Yakni, jati diri yang cinta Bangsa dan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Sehingga kami mengingat berjuta Rakyat bersama Sultan HB X di alun-alun Yogya telah menggemakan SUMPAH RAKYAT Yang Isinya:
1. Kami Rakyat Indonesia, Mengaku Bertanah Air Satu, Tanah Air Tanpa
Penindasan.
2. Kami Rakyat Indonesia, Mengaku Berbangsa Satu, Bangsa Yang Gandrung Keadilan.
3. Kami Rakyat Indonesia, Mengaku Berbahasa Satu, Bahasa Kebenaran.
Berkaitan dengan hal itu, kami dari Sanggar Supranatural Songgo Buwono telah memulai lewat berbagai event sebagai therapi untuk mewujudkan kembalinya kejayaan Bangsa Indonesia melalui Budaya dan tradisi adiluhung. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut, kami berharap dapat menjembatani “Rekonsiliasi Nasional melalui Budaya” yang tentunya dibarengi dengan menata Nurani.
Mengapa harus pembenahan Nurani…..? Hati nurani inilah yang kini telah terkikis di muka bumi ini. Menghalalkan segala cara hanya untuk kepentingan pribadi sesaat. Keseimbangan antara akal dan hati tak lagi dihiraukan. Karenanya, menjadi hal yang prinsip bagi kita semua untuk melakukan pembenahan hati nurani secara bersama. Didunia Global/Internasional misalnya malah berkembang Filsafat Organisme/Filsafat Proses yang memandang semesta ini sebagai ber- Struktur ( yakni Lahir-Batin ) dan berproses Awal – Akhir. Sedang Struktur tersebut diatas Budaya Jawa mengenal sebagai ajaran Pamoring Kawulo Gusti, sementara mengenal Prosesnya dikenal sebagai Ajaran Sangkan Paraning Dumadi. Maka marilah kita menata Nurani kita mulai sekarang.
Karena pembenahan Nurani merupakan kunci dari segala penyelesaian masalah bangsa, bahkan dunia sekalipun. Banyak hal yang dapat kita lakukan, namun titik tumpu utamanya adalah “kita harus berani menata ulang nurani kita yang sudah bobrok degantikan dengan Nurani kemanusiaan yang sadar akan jati dirinya, karena manusia telah lupa akan jati dirinya.
Untuk itu, perlu suatu terapi yang tepat guna. Contoh dari kami datangnya bencana bergantung pada bagaimana manusia bersikap terhadap sesamanya, manusia terhadap alam dan manusia terhadap Tuhanya. Maka manusia harus ingat akan asal kita dari mana, untuk apa dan mau kemana ( Sangkan Paraning Dumadi )

Pramila, monggo kulo panjenengan sami, tansah eling lan waspada, sampun ngantos celak-celak mahesa mindak gupak, mindak katut kridaning Alam.
Kulo ngaturaken agunging panuwun maring sih paduka, dhumateng para sadherek ingkang lenggah ing riki, awit seserepan ingkang saget kawula tampi kanthi tarwaca, miwah saget anjabaraken pangertosan kawula, mliginipun ingkang magepokan kalawan wewarah, sarta tuntunan ingkang jumbuh kalawan SEJARAH NALURI BUDAYA, Tradisi nenek moyang. Inggih saking punika kawulo saget mawas lekasipun poro kawulo ingkang cengkah miwah nyingkur dateng sejarah tradisi nenek moyang. Reh ning wekdal punika manungsa sampun kalajeng anggenipun kadlarung cengkah klawan bebenering Allah, cengkah klawan hukum ing alam, inggih bebenering alam, sedoyo titah jalma manungsa ingkang gesang ing madyapada wekdal punika purun mboten purun inggih kedah nampi bebenduning Allah. Mugi-mugi kemawon manungsa inkang gesang ing tahun 2007 lan sak lajengipun, sampun ngantos tiru-tiru dateng pakarti miwah lampah jantraning manungsa ingkang cengkah lan nyingkur dateng naluri budaya tradisi nenek moyang, ingkang sayekti saget dados lestarining agesang. Kanthi makaten mugi sang alam paring kawelasan lan mugi Allah paring pangapunten dumateng kito sedoyo. Wusana kita sedoyo lestari ing gesang. Pramila mangga kito sami-sami kekeh kukuh nggondeli wawaton, inggih menika naluri bilih kita bakal bisa nlesep sela selaning garu, mugi kita sedoyo pikantuk rahayu ingkang pinanggih. Maka pada ajaran Sanggar Supranatural Songgo Buwono dikembangkan ajaran Sultan Agung yang isinya “ Memasuh Malaning Bumi, Mangasah Mingising Budi”

Demikian sambutan dari kami, sekiranya ada kesalahan ucapan atau kekurangan dalam penyelenggaraan Silaturahmi Kebangsaan dengan thema Nasionalisme yang Religius. Saya pribadi mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada ormas Honggo Dento, ormas se-azas, dan ormas-ormas yang ber-sinergi, yang telah memberi waktu untuk menyampaikan pandangan sebagai supranatural.
Semoga acara ini dapat membangkitkan nurani kita yang telah terpuruk.
Sekian, Billahi Taufiq wal hidayah, Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

No comments: